Museum Tsunami Aceh, sebuah pengingat untuk manusia-manusia hebat..
Berkunjung ke tempat ini seakan membuka luka lama. Museum yang
didesain oleh Walikota Bandung saat ini, Pak Ridwan Kamil, adalah sebuah objek
bersejarah untuk memperingati bencana gempa bumi dan tsunami tahun 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat
(escape building) seandainya terjadi
tsunami lagi.
Di museum ini, tersimpan berbagai foto, video, bahkan mendokumentasikan objek-objek bekas tsunami misalnya bangkai helikopter. Terdiri dari 4 tingkat dan berbagai ruangan, bangunan ini terlihat seperti benteng yang kokoh dari kejauhan. Berwarna abu kelabu, bangunan kokoh ini menyiratkan kesedihan mendalam dan belasungkawa atas musibah 11 tahun lalu.
Memasuki museum, saya melalui sebuah lorong sempit
remang-remang. Lorong ini basah pada kedua sisinya, dengan aliran air
bergemericik dan gemuruh tsunami yang diputar dari rekaman suara. Kombinasi
ruangan gelap dan basah, suara teriakan korban tsunami yang menyebut nama
Allah, suara gemuruh air dan suara adzan, membuat bulu kuduk saya meremang.
Beginilah rekonstruksi suasana minggu pagi 26 Desember 2004 itu. Ruangan ini
disebut “Ruang Renungan”. Sebuah
ruangan yang merekonstruksi kejadian tsunami 11 tahun lalu.
Setelah melewati ruangan ini, saya masuk ruang berkaca yang
disebut “Memorial Hill”. Disini
disediakan banyak monitor-monitor kecil yang bisa digunakan pengunjung untuk
melihat foto-foto dan informasi tentang kejadian tsunami. Pemanfaatan
kecanggihan teknologi dan media cukup bagus diterapkan dalam ruangan ini.
Karena banyak monitor disediakan, pengunjung tidak perlu antri lagi. Cukup
bagus dalam menyiasati banyaknya pengunjung yang mungkin datang.
Masuk ke ruang berikutnya, ada “Sumur Doa”. Sebuah ruangan yang kembali membuat bulu kuduk saya meremang saking sedihnya. Ruangan yang bernuansa remang-remang ini berbentuk silinder, persis seperti sumur. Di puncak ruangan tertutup sebuah lafadz “Allah” yang bercahaya. Terukir di tembok yang melingkar, nama-nama korban tsunami Aceh. Ratusan, bahkan ribuan, nama korban yang tertulis dengan ukiran bercat putih. Tersusun berderet memenuhi dinding silinder, nama-nama itu seakan menegaskan betapa dahsyatnya musibah yang terjadi.
Naik ke lantai dua, terdapat ruang multimedia yang cukup lengkap. Terdapat ruang audio, ruang 4 dimensi "tsunami exhibition room", ruang pre-tsunami, while stunami, dan post-tsunami. Di tempat ini terpajang foto-foto dokumentasi selama beberapa periode pra dan pasca tsunami melanda Aceh. Beberapa foto sukses membuat saya terpaku, terdiam sejenak dan meneteskan airmata. Betapa Maha Dahsyat Allah yang memberikan cobaan dan musibah, sekaligus menunjukkan kebesaran dan kuasaNya.
Ada beberapa ruang
yang berfungsi untuk display dan menjelaskan tsunami yang terletak di lantai
berikutnya. Di lantai ini pula disediakan perpustakaan, mushalla dan toko
souvenir. Pengunjung bisa kembali turun ke lantai dasar dan melihat beberapa
artefak peninggalan tsunami yang terdisplay di lantai dasar seperti helikopter
dan mobil yang hancur.
-----
Link tentang Museum Tsunami Aceh antara lain bisa dilihat di :
http://disbudpar.acehprov.go.id/ atau
http://museumtsunami.blogspot.co.id/
Komentar
Posting Komentar