Mie Razali dan secangkir kopi Aceh,


Masih dalam edisi short trip di Aceh, malam harinya saya sempat makan di Mie Aceh Razali. Saya yang suka makan langsung kegirangan melihat seporsi mi aceh seafood dengan irisan cumi dan potongan kepiting. Sepotong kepiting yang dibelah dua dengan taburan bumbu yang amat menggoda. Makan mie Aceh di kota Aceh. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?,

A photo posted by May (@sereleaungu) on
Saya memilih untuk mencoba kuliner satu ini karena rekomendasi dari teman, dan memang terbukti Mie Aceh Razali sangat memuaskan. Porsi yang besar dengan rasa yang enak, bumbu yang melimpah, kuah yang pedas, dan seafood yang nggak tanggung-tanggung, membuat saya nggak menyesal menghabiskan sepiring mie Aceh kuah seafood yang saya pesan. Bye timbangan!

Makannya pake tang!
Fyi, karena kepiting di atas piring masih dibungkus cangkang, maka disediakan tang untuk membuka cangkang kepitingnya. Dan saya *yang masih amatiran* menyelesaikan makan dengan durasi paling lama dan paling belepotan, haha.. Rasanya? Superduperyummy!!! Recomended pokoknya!! 


Warung mie yang terletak di Jl. Panglima Polem No. 83-85, Peunayong, Kuta Alam, Kota Banda Aceh, ini buka jam 11 siang sampai jam 11 malam. Menyediakan segala macam varian mie aceh, yang paling enak menurut saya adalah mie seafoodnya. Wajib dicoba!
--


A photo posted by Alfiandy (@alfiandye) on
Setelahnya saya mencoba minum kopi Aceh, karena "belum ke aceh kalo belum nyobain kopinya". Sambil nongkrong di salah satu warung kopi, saya memutuskan untuk menjajal minuman hitam dari biji kopi asli bumi Tjut Nyak Dien ini. Setengah takut setengah berani karena konon katanya kopi Aceh ini lumayan keras, saya minta dibuatkan kopi dengan level paling aman.

Ada barista yang khusus meracik kopi di kedai-kedai kopi Aceh. Kopi yang dijual pun bermacam jenis, arabica, kopi aceh gayo, dan entahlah saya kurang paham jenis-jenisnya. Barista akan membuatkan kopi sesuai pesanan. Pesanan saya adalah kopi yang tidak perih di lambung, maka barista membuatkan kopi dari ampas kopi yang telah beberapa kali disaring. Terampil sekali tangan barista meracik kopi pesanan saya. Bagai menyajikan penampilan live di depan mata, saya terkagum-kagum melihat kelincahan dua orang barista yang beraksi di balik meja kedai.

Setelah kopi disajikan, saya menyesap kopi khas tanah rencong ini. hmm..rasanya...enak. Sebagai penikmat kopi, lidah saya tidak terlalu bisa membedakan mana kopi enak dan tidak, namun saya akan mencoba mendeskripsikan rasanya. Menurut indera pengecap saya, rasa kopi aceh ini seperti nescafe tanpa ampas, tapi lebih enak lagi. Terasa ringan, tidak pekat, namun masih sangat terasa kopinya. Meski tidak banyak gula ditambahkan didalam minuman pahit ini, namun saya tidak merasa minuman saya terlalu pahit.

Akhirnya seiring sesapan kopi aceh saya, berakhirlah petualangan sehari di kota Serambi Mekah. Banyak hal yang saya rasakan, tapi mostly saya bersyukur karena sudah diberi kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi tanah para ulama, tanah para pejuang, tanah rencong ini. Alhamdulillah, semoga suatu saat nanti bisa berkunjung kesana lagi. Terimakasih kota serambi Mekkah..


----

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joger dan Krisna, pilih mana?

Christine Klappertaart, oleh-oleh nikmat khas Manado yang wajib banget dibawa pulang

Berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantong (meski hanya replika)