Danau Linow, danau indah tiga warna di kota Tomohon


Tomohon adalah sebuah kota di sebelah selatan Manado. Terletak sekitar 30 kilometer dari Manado, wilayah ini berupa daerah perbukitan yang sejuk dan subur. Terkenal sebagai penghasil bunga dan sayur, keindahan kota Tomohon tak perlu diragukan lagi. Salah satu keindahan alam yang bisa dinikmati wisatawan di kota ini adalah obyek wisata Danau Linow.

Beberapa saat lalu saya berkesempatan mengunjungi danau indah 3 warna ini. Menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari pusat kota Tomohon ke arah barat, rombongan kami harus menempuh jalan yang berliku. Terimakasih kepada pemkot yang sepertinya barusaja memulai proyek aspalisasi, jalan yang kami lalui sudah mulus dan beraspal baru. Bahkan ada beberapa mesin buldoser masih terparkir di beberapa ruas jalan menuju danau Linow.



Perjalanan menuju danau Linow cukup menyenangkan karena selama perjalanan mata kami disuguhi pemandangan hijau dan asri. Rumah-rumah  penduduk berdesain khas Minahasa berjejer rapi. Di beberapa lapangan hijau, nampak kuda-kuda gagah yang sedang asyik merumput. Konon katanya, kota Tomohon ini memang merupakan penghasil kuda unggulan di daerah Sulawesi Utara. Entah benar atau tidak, hanya si pengarang cerita dan Tuhan yang tahu. Namun kuda-kuda ini masih diternakkan dan dipekerjakan untuk menarik bendi. Ya, kendaraan beroda dua ini masih banyak terlihat. Meski kalah pamor dengan angkot, namun jenis angkutan tradisional ini masih laris manis di Tomohon.



Melempar pandang ke arah barat, terlihat Gunung Lokon yang mengawasi kami dari kejauhan. Sungguh indah dipandang. Gunung yang cantik namun berbahaya ini tercatat masih aktif. Aktifitas gunung Lokon terakhir terjadi pada 2015 lalu. Meski masih aktif, nyatanya lereng gunung ini masih ramai dengan pemukiman penduduk. Tanah yang subur menjadi alasan mengapa para penduduk masih bertahan di lereng yang rawan bencana ini.Tak terasa kami hampir sampai.

Mendekati wilayah danau, mulai tercium aroma belerang yang cukup kuat. Busuk dan berbau menyengat, itulah bau belerang yang –meskipun jendela mobil sudah ditutup tapi- masuk ke dalam mobil kami. Sukses membuat kami mengernyit. Bau ini tidak bertahan lama, dan hanya tercium di beberapa spot saja. Sisanya adalah perbukitan dengan udara sejuk dan segar. Benar-benar menghibur kami yang setiap hari terjebak kemacetan di Jakarta. Kami bersorak ketika dari kejauhan telah terlihat hijaunya danau Linow. Alhamdulillah, sampai..


Karena saat itu weekend, pengunjung yang datang lumayan banyak. Tempat parkir hampir penuh dan kami harus mencari parkir di tempat yang agak jauh. Pengunjung datang berbondong-bondong. Bersama keluarga, teman atau kekasih, mereka bersama-sama ingin menghabiskan sore di danau indah tiga warna ini. Untuk menikmati keindahan danau Linow, pengunjung wajib membayar biaya tiket sebesar 25K per orang. Nantinya tiket ini bisa ditukarkan dengan secangkir kopi atau teh hangat di kafe pinggir danau.





Dari tempat parkir, kami turun ke bawah menuju danau Linow. Danau yang tenang dan berwarna hijau. Benarlah bahwa danau ini terdiri dari 3 warna, karena saya melihat perbedaan warna air di pinggir dan tengah danau. Danau Linow sore itu berwarna hijau tua di bagian tengah, hijau muda di bagian yang lain, dan berwarna biru keputihan di beberapa bagian.


Di pinggir danau terlihat bukit yang menghijau. Di beberapa bagian terlihat asap belerang yang mengepul dari tanah. Tentu saja karena kawasan tersebut mengandung belerang. Taman dengan rumput menghijau yang terpotong rapi berada di sekitar danau, cukup nyaman untuk duduk bersantai. Saya berjalan sedikit ke sebelah kanan dan menemukan papan keterangan di salah satu pojok danau. Perubahan warna pada danau Linow ini disebabkan kandungan asam di dalam air danau yang berekasi dengan belerang pada batu. Ituah sebabnya pengunjung dilarang berenang di danau indah ini. Berenang di danau ini bisa berakibat fatal.


"Berdasarkan penyelidikan geologi, cekung danau Linow diduga merupakan kawah alamiah hasil letusan yang terjadi  0,5 juta tahun lalu. Terdapat berbagai manifestasi panas bumi seperti mata air panas asam, fumarol, kawah-kawah amblesan, dan kubangan lumpur yang kondisinya selalu dimonitor untuk menjaga kelestarian sistem panas bumi. Pada beberapa bagian, air danau berwarna hijau pucat, putih susu, atau hijau kekuningan. Kenampakan tersebut terjadi akibat proses pelarutan batuan oleh fluida yang bersifat asam (pH3). Pengunung tidak disarankan untuk bermain-main dengan air danau. Hal tersebut disebabkan sifat air yang asam dan pada beberapa tempat suhunya mendekati titik didih 85 derajat celcius. Kondisi di bagian tengah perairan danau Linow juga belum diketahui"




Terdapat sebuah kafe cantik di pinggir danau Linow yang menyediakan tempat duduk dan hidangan. Pengunjung bisa memesan kopi, teh tarik, kopi susu, atau bermacam hidangan. Tersedia nasi goreng, mie goreng, dan bermacam makanan ringan seperti keripik pisang, pisang goreng atau pisang pasir. Jangan lupa, semua hidangan pisang ini disajikan dengan sambal roa khas Manado. Ingin merasakan makan pisang goreng dicocol sambal? hanya di Manado tempatnya.



Memutuskan untuk menukarkan tiket dengan secangkir kopi, kami masuk ke kafe pinggir danau. Namun seperti perkiraan, kafe ini terisi penuh. Hampir tak ada kursi kosong untuk kami duduk. Antrian pengunjung sangat panjang dan akhirnya saya memutuskan untuk memesan makanan lebih dulu. Pilihan jatuh kepada pisang goreng goroho khas Manado. Sepiring gorohu goreng seharga 25K.



Dengan penuh perjuangan akhirnya kami mendapat tempat duduk di spot yang strategis. Di beranda kafe, pas menghadap ke danau Linow. Setelah antri lama, kami bisa menukarkan tiket dengan secangkir teh, dan pesanan pisang goreng saya akhirnya diantar ke meja. Mungkin kafe ini bisa mempertimbangkan menambah pekerja dan juru masaknya mengingat lamanya pengunjung harus antri dan menunggu pesanan selesai dimasak.

Menghabiskan sebuah sore di danau Linow adalah pengalaman tak terlupakan. Menatap pemandangan danau yang indah, ditemani secangkir kopi susu dan sepiring pisang goreng, sungguh cara yang indah untuk menghabiskan sore.


“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joger dan Krisna, pilih mana?

Christine Klappertaart, oleh-oleh nikmat khas Manado yang wajib banget dibawa pulang

Berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantong (meski hanya replika)