Tugu Khatulistiwa, Pontianak
Dear
readers, how are you? After a loooong break, finally now i’m back...yeeeey!
Mohon
maaf atas ketidakhadiran tulisan receh saya selama beberapa waktu kebelakang. You
know, life’s been rough and i have to survive jadi untuk sementara kemaren
absen dulu nulisnya. Actually sampe sekarang juga masih belum berkesempatan
kemana-mana jadinya gak ada bahan untuk apdet blog, sedih..
Sebagai
salah satu solusi untuk membangkitkan kembali gairah menulis, saya sengaja ngoprek
file lama di laptop and i found this one. Foto-foto dan tulisan di blog lama
tentang a short trip to ibu kota provinsi Kalimantan Barat, kota Pontianak. Perjalanan
ini sudah agak lama, saat saya masih agak kurus. Jadi jika nanti menemukan foto
saya, percayalah dulu saya pernah sekurus itu meskipun sekarang menggendut *insecure*.
So, lets check this one, barangkali bisa jadi referensi buat kamu-kamu yang sedang atau akan mbolang manja ke Pontianak. Jangan lupa untuk menyempatkan diri mengunjungi beberapa spot cantik di Kota Khatulistiwa ini.
So, lets check this one, barangkali bisa jadi referensi buat kamu-kamu yang sedang atau akan mbolang manja ke Pontianak. Jangan lupa untuk menyempatkan diri mengunjungi beberapa spot cantik di Kota Khatulistiwa ini.
Saat
berkunjung ke Kota Khatulistiwa, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Tugu
Khatulistiwa. Tugu ini adalah sebuah tempat yang istimewa karena menandai
lokasi perlintasan garis khatulistiwa yang terdapat persis di kota Pontianak, Indonesia.
Karena dilalui khatulistiwa tersebut, tak heran jika di kota ini rasanya setiap
hari panas terik dan matahari terasa dekat. Pun terdapat fenomena Titik Kulminasi
atau Equinox yang terjadi pada 21-23 Maret dan 21-23 September. Keadaan ini
terjadi ketika matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa, dan hal ini
menyebabkan bayangan benda-benda di permukaan bumi tidak tampak. Kulminasi
matahari juga menghasilkan gaya gravitasi yang cukup kuat sehingga bisa membuat
telur berdiri tegak di titik nol derajat. Jadi jika kita sedang berada
di bawah sinar matahari di tugu khatulistiwa ini sekitar jam 11.30 hingga jam
12.30 WIB, kita tidak akan memiliki bayangan diri. Hal ini membuktikan bahwa matahari
benar-benar tepat berada di atas kepala.
Lokasi
Tugu Khatulistiwa ini agak jauh sih dari pusat kota, tepatnya di Jalan
khatulistiwa, Siantan, Kec Pontianak Utara. Sekitar 45 menit ke utara. Salah satu
alternatif transportasi yang bisa digunakan menuju kesana adalah taksi atau
ojek. Kalo saya kemaren sih nyewa taksi harian dengan tarif 70K per dua jam (cmiiw), jadi
bisa sekaligus ngiter kemana-mana sampai puas.
Sekilas
cerita, bangunan ini berbentuk tugu tinggi, yang dilengkapi semacam monumen
atau bangunan. Di depan pintu gerbang ada plang yang bertuliskan "Selamat Datang
di Tugu Khatulistiwa". Saat kami datang, suasana lumayan sepi. Weekday
mungkin, jadi pengunjungnya hanya satu-dua orang.
Di bagian depan kompleks, tampak beberapa bangunan baru sedang dalam proses pembangunan. Memang ada rencana untuk menata ulang Monumen Tugu Khatulistiwa ini. Pada rencana yang terdisplay, nantinya akan dibangun beberapa fasilitas misalnya restoran, waterpark, waterfront, pusat souvenir, taman, dan fasilitas lainnya. Jejak-jejak proses konstruksi jelas terlihat dari beberapa alat berat yang sedang diistirahatkan dan bangunan baru yang belum selesai.
Di bagian depan kompleks, tampak beberapa bangunan baru sedang dalam proses pembangunan. Memang ada rencana untuk menata ulang Monumen Tugu Khatulistiwa ini. Pada rencana yang terdisplay, nantinya akan dibangun beberapa fasilitas misalnya restoran, waterpark, waterfront, pusat souvenir, taman, dan fasilitas lainnya. Jejak-jejak proses konstruksi jelas terlihat dari beberapa alat berat yang sedang diistirahatkan dan bangunan baru yang belum selesai.
Terkait
tugu khatulitiwa yang berada di tengah-tengah ruangan ini, konon ceritanya dahulu
ada satu ekspedisi internasional dipimpin ahli geografi Belanda yang datang ke
Pontianak untuk menentukan titik lintasan garis khatulistiwa. Penelitian tersebut
membuahkan hasil sehingga pada 1928 didirikan sebuah tugu sederhana yang
menandai lintasan garis equator tersebut. Tugu sederhana tersebut dipanggil
dengan istilah tonggak atau patok.
Selanjutnya,
pada tahun 1938 tugu khatulistiwa disempurnakan oleh seorang arsitek bernama
Silaban. Bentuk tugu menjadi lebih rumit dan unik. Pada penyempurnaan pertama,
tugu memiliki 4 buah tonggak yang terbuat dari kayu belian atau ulin yang berdiameter
0,30 meter. Terdapat lingkaran yang berisikan panah. Di bawah panah tersebut
terdapat tulisan 109 derajat 20’0″OlvG” yang menunjukkan letak tugu bedara pada
garis bujur timur. Bangunan tugu ini masih dapat kita temui didalam monument
tugu yang ada sekarang. Akhirnya pada tahun 1990, Tugu Khatulistiwa
Pontianak kembali disempurnakan dengan pembuatan pelindung dan duplikasi tugu
dengan ukuran 5 kali lebih besar dari tugu yang asli. Bangunan inilah yang kita
kenal dengan monumen khatulistiwa sekarang ini . Tugu yang megah itu diresmikan
pada tanggal 21 septermber 1991. (5 fakta unik tugu khatulistiwa)
Di
ruangan berbentuk oval ini, dipajang beberapa poster yang menjelaskan rumus
gravitasi, gaya berat absolut (kemudian mata saya berkunang-kunang liat rumus
fisika..) dan banyak informasi yang berkaitan dengan khatulistiwa dan matahari.
Sangat informatif. Terdapat pula alat peraga yang mudah dimengerti bagi
pengunjung awam.
Di lantai keramik putih, terdapat sebuah garis lurus melintang berwarna hijau yang menandai tepat di garis khatulistiwa. Menakjubkan bagaimana ilmu pengetahuan telah berkembang amat pesat pada saat itu (penelitian oleh tim dari Belanda dilakukan pada 1928) dan memberikan hasil yang nyaris sama dengan penelitian based on teknologi GPS saat ini.
Ini
sih kayanya anak-anak sekolah wajib dateng kesini, apalagi anak geografi. Karena
banyak sekali informasi dan ilmu yang bisa dipelajari terkait garis khatulistiwa
dan semua fenomena yang menyertainya. Sayangnya, saat kami berkunjung, hanya
terdapat sekitar 5 nama di list daftar tamu. Wah, sepi sekali..
Oh
ya, fyi, untuk masuk ke Tugu Khatulistiwa ini kita tidak dipungut biaya. Hanya harus
membayar parkir motor atau mobil, kira-kira sebesar lima ribu rupiah saja. Sangat
murah meriah. Menurut info juga sebenarnya kita bisa meminta semacam sertifikat
kepada petugas untuk memorabilia bahwa kita sudah pernah menginjakkan kaki
tepat di garis khatulistiwa, tapi saya nggak minta karena lupaaaa...zzz..
Di
halaman luar monumen juga terdapat penjual souvenir dan aksesoris yang
murah-murah dan bagus. Mulai dari gantungan kunci murah meriah sampai batik
khas Pontianak. Kalau untuk jajanan, oleh-oleh yang khas dari Pontianak adalah
olahan daun lidah buaya. Di toko souvenir tersebut juga menyediakan segala
macam olahan lidah buaya seperti manisan atau sirup segar lidah buaya, begitu
banyak pilihan yang bisa kita beli sebagai buah tangan.
Nah,
sekian cerita singkat tentang mbolang cantik di Tugu Khatulistiwa. Masih ada
banyak cerita dari perjalanan singkat ke Kota Pontianak nan cantik ini, i will
update as soon as possible, insya Allah.
Nyoba kasih koment, : "GOOD"
BalasHapus