Little Eropa di Farmhouse, Lembang.




Haii! Lama banget blog ini kosong. Last update di 2018, sekarang sudah akhir 2021. Selama 3 tahun banyak hal terjadi, salah satu big momentnya adalah pandemi Covid19. Sejak pandemi saya jarang banget kemana-mana. Punya anak kecil bikin saya extra hati-hati, karena pandemi ini juga merampas beberapa keluarga jauh kami. Setelah di pertengahan 2021 bisa vaksin, hati jadi lebih tenang. Kami mulai berani keluar rumah selain ke kantor.


Beberapa saat lalu kami memutuskan untuk liburan ke Bandung. Mumpung level PPKM di Bandung diturunkan dan aturan bepergian diperlonggar, kami memberanikan diri keluar rumah dan liburan. Bandung menjadi pilihan karena dekat, relatif mudah dijangkau, dan emang kami belum pernah jalan-jalan kesana. Akhirnya niat dibulatkan dan dieksekusi, dengan syarat prokes ketat tetap dijalankan selama liburan.

Based on rekomendasi temen, kami memutuskan untuk pergi ke Farmhouse, Lembang. Berangkat hari Sabtu pukul 5 pagi, lalu lintas relatif sepi. Perjalanan lancar, udara masih dingin, anak happy dan nggak rewel sama sekali. Alhamdulillah sampe Bandung sekitar jam 8 pagi, naik ke Lembang dan nyampe di Farmhouse sekitar jam 9 pagi. Masih longgar banget jalannya, cuman macet sedikit karena banyaknya pesepeda yang touring di jalanan menanjak Lembang.


Halaman depan Farmhouse merupakan tempat parkir yang cukup lega. Parkir 10k untuk mobil, dan 5k untuk motor. Turun dari mobil, hawa sejuk khas Lembang langsung menusuk kulit. Seger banget banget banget! Si bocah langsung ceria dan lari-larian di halaman Farmhouse yang masih sepi.


Sebelum masuk Farmhouse harus bayar tiket dulu 25k per orang. Nanti tiket ini bisa dituker dengan segelas susu di pintu keluar. Begitu masuk lewat gerbang depan, kami disambut bangunan cantik ala Eropa dan kebun bunga yang luas. Bunga warna warni sungguh menyegarkan mata, apalagi ditata dengan teratur dan terlihat sangat dipelihara. Cantik sekali!


Di sebelah kanan hall utama ada toko kukis dan kue kering. Laper karena emang belom sarapan, saya beli setoples kukis kering seharga 60k. Rasanya enak dan renyah, lumayan lah gak kalah sama Kartikasari. Saya juga beli croissant di kedai Croissant de Paris, sebuah bakery yang menjual bermacam danish dan croissant. Harum bau butter croissant yang menguar dari oven membuat perut lapar kami tak bisa dikompromi. Sambil duduk menikmati croissant di depan kedai, kami melihat pemandangan indah Farmhouse.


(tempat sewa kostum sekaligus Photo Studio)


Terdapat studio foto dan sewa kostum eropa dengan harga 75k per jam. Pengunjung bisa berhias ala noni Belanda dan mengambil foto dengan berbagai dekorasi cantik di studio tersebut. Gedung di sekeliling yang bernuansa eropa juga sangat mendukung untuk pengambilan foto yang aesthetic dan instagramable. Sayangnya anak saya nggak mau pake kostum, gagal deh rencana saya mau sewa kostum noni Belanda.


Beranjak menyusuri jalan kecil, kami melihat deretan kafe antik, toko aksesoris, toko permen susu dan toko cemilan. Mungkin karena masih pagi, jadi belum banyak pengunjung. Kami masih leluasa foto-foto dan menikmati jalan kaki dengan santai. Viewnya super cantik soalnya ala gedung eropa, bersih dan nggak terlihat sampah samasekali. Keren nih pengelolanya, memperhatikan keindahan, kerapian, dan kenyamanan pengunjung banget.




(Feeding animals)


Beralih ke area minizoo, ada kandang kambing dan kandang sapi. Tertarik dengan topi domba yang lucu, kami beli satu untuk si kecil dengan harga 100k. Sebelum masuk ke minizoo, kami beli wortel untuk pakan. Seikat wortel dibanderol harga 10k, lima ikat wortel sudah cukup untuk memberi makan domba dan kelinci sampe puas. Anak saya kegirangan saat diperbolehkan mengelus kelinci, namun sedikit ketakutan ketika memberi makan domba, atau berfoto dengan iguana dan burung hantu. Ada beberapa spesies satwa dilindungi yang dipelihara di Farmhouse minizoo ini, diantaranya iguana raksasa, burung elang, burung hantu, dan berbagai jenis burung lainnya. Pengunjung bisa foto bersama satwa dengan dibantu pawang, ratenya 25k.

(iguana raksasa)

Meneruskan langkah kaki, kami tiba di the famous Rumah Hobbit. Saat ini ganti saya yang kesenengan pengen foto-foto disitu karena viewnya seperti setting film The Lord of The Ring favorit saya. Kiyut banget rumah hobbitnya! Saya merasa jadi Gandalf the grey soalnya berasa raksasa dibanding mungilnya si rumah hobbit. Sayangnya disini udah rame, jadi malu juga saya foto-foto narsis sendiri. Untung anak saya mau nemenin mamanya narsis, gak jadi malu sendirian deh! Haha..

(Hobbit House)


Keluar dari Farmerhouse, kami menuju ke loket penukaran tiket. Tiket ditukar dengan segelas susu hangat, bisa milih rasa strawberry, coklat atau susu putih aja. Enak sih susunya, diminum anget di tengah suhu dingin Lembang, pas banget. Kondusif banget emang udaranya Lembang tuh buat penggemar kuliner kaya saya.
Sekedar tips buat kamu yang pengen ke Farmhouse juga:

  • Better dateng kesini di weekday karena saat weekend biasanya akan lebih rame.
  • Usahakan dateng di pagi hari, kabut dan udara segernya ga ada lawan! 
  • Pengen foto di golden hour? sila dateng di sore hari. Kombinasi cahaya sunset dan setting tempat yang ciamik akan menciptakan foto ala Eropa yang mystical..
  • Dengan budget terbatas, sebaiknya makan dulu sebelum berkunjung. Harga makanan disini “lumayan”, meski rasanya emang relatif enak.
 
Nah demikian ourshorttrip pertama kami di masa pandemi ini, berkunjung ke Farmhouse Lembang. Tak lupa selama berada di Farmhouse kami selalu pakai masker (dibuka pas foto doang, fotonya juga melipir jauh dari orang lain), jaga jarak dan cuci tangan setiap habis pegang sesuatu. Semoga suatu saat bisa berkunjung ke Farmhouse bareng keluarga besar dan ngajak keponakan, soalnya Farmhouse ini tempatnya kondusif buat liburan keluarga dan ramah anak. 


Postingan populer dari blog ini

Joger dan Krisna, pilih mana?

Christine Klappertaart, oleh-oleh nikmat khas Manado yang wajib banget dibawa pulang

Berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantong (meski hanya replika)