Pertunjukan tari Sigale-gale, pertunjukan mistis yang telah beradaptasi.















Mengunjungi Sumatera Utara tak lengkap rasanya bila tak mengunjungi Danau Toba dan Pulau Samosir. Meski terkenal akan keindahan alamnya, pulau Samosir sebenarnya juga memiliki destinasi wisata budaya yang amat layak dikunjungi. Salah satunya adalah Pertunjukan Tari Sigale-gale yang berada di Desa Tomok Parsaoran, kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.





Pertunjukan tari Sigale-gale adalah sebuah pertunjukan yang amat berbeda dari pertunjukan tari biasa. Pada pertunjukan ini, penari bukanlah seorang manusia melainkan sebuah patung kayu. Yap. Patung kayu yang diukir dan dibentuk seperti manusia, plus dihias dengan baju adat kebesaran dan kain ulos. Sebuah lambang kebesaran dalam budaya Batak.


Aneh? Pasti. Yang lebih aneh lagi, patung ini mampu menari Tor-Tor dengan baik tanpa dikendalikan manusia. Diletakkan diatas peti berukir kepala manusia bertanduk, patung lelaki ini menari seiring musik yang dimainkan.
Atau setidaknya, begitulah menurut cerita penduduk asli desa Tomok, dimana pertunjukan tari patung ini diselenggarakan. Zaman dulu, Patung Sigale-gale mampu menari sendiri tanpa bantuan manusia. Ketika dilangsungkan sebuah pertunjukan budaya saat waktu tertentu setiap bulan, patung ini akan menari dan menjadi tontonan penduduk sekitar.
Ternyata hal ini terkait dengan sejarah patung Sigale-gale sendiri.


Patung Sigale-gale

Dibalik kemampuan menari boneka ini ternyata tersimpan cerita pilu. 

Alkisah, zaman dulu ada seorang Raja yang amat terkenal bernama Raja Rahat. Meski memiliki kekayaan berlimpah, namun raja hanya memiliki seorang putera. Anak kesayangan raja ini diberi nama Manggale. Manggale sangat suka menari. 

Suatu hari, Manggale yang diperintah berperang oleh Raja ternyata gugur di medan perang. Raja amat sedih dan kehilangan anak semata wayangnya ini. Berhari-hari Raja bermuram durja, tak enak makan dan minum bahkan sampai jatuh sakit.

Untuk menyenangkan hati Raja kembali, rakyat membuat sebuah patung anak laki-laki yang mirip Manggale. Patung ini dihias dan dirias persis seperti Manggale dan diberi nama Sigale-gale, artinya Si Lemas-lemas.

Diselenggarakanlah sebuah pertunjukan di depan raja. Dukun pun memanggil arwah Manggale agar masuk ke patung Sigale-gale. Benarlah, arwah Manggale dikabarkan mampu masuk kedalam patung dan menggerakkan patung. Patung pun bergerak seperti menari. Diiringi lagu-lagu dan musik Batak, Manggale kembali hidup dalam sosok Sigale-gale.

Raja senang bukan main. Gembira karena anaknya kembali dan menari seperti dulu. Akhirnya Raja berangsur embuh dari sakitnya. Sejak saat itu pertunjukan patung Sigale-gale diminta dimainkan pada waktu tertentu setiap bulan. Saat malam hari, rakyat berkumpul dan pertunjukan digelar. Sordam dan gondang sabangunan dimainkan, rakyat menari-nari mengelilingi patung Sigale-gale yang bergerak-gerak gembira.
Begitulah hikayatnya. 

Namun kini  budaya pertunjukan Sigale-gale pun beradaptasi. Seiring perkembangan agama Kristen di Samosir, kepercayaan tentang hal-hal mistis maupun dukun sudah tidak diperbolehkan lagi. Tidak ada lagi upacara pemanggilan arwah dalam acara adat.  Pun dalam pertunjukan tari Sigale-gale, Sigale-gale kini dikendalikan pawang lewat seutas tali. Patung ini kini menari karena dikendalikan seorang petugas dari balik tirai.

Petugas Pemandu menari Tor-tor

Meski tarian Sigale-gale tak semistis dulu, pertunjukan ini masih tetap menarik minat para pengunjung. Atensi yang cukup besar ditunjukkan lewat kesediaan para pengunjung menari bersama. 




Pengunjung yang datang ke lokasi wisata budaya ini boleh menyewa ulos dan menari bersama Sigale-gale. Dipandu seorang petugas, mereka boleh menari tor-tor mengelilingi patung dengan diiringi musik Batak yang dimainkan. Untuk ini pengunjung hanya akan ditarik uang retribusi sebesar Rp.80K saja plus tiket masuk sebesar 5K rupiah. Cukup murah untuk sebuah pengalaman baru.

Jadi, siapa tertarik menari bersama Sigale-gale?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joger dan Krisna, pilih mana?

Christine Klappertaart, oleh-oleh nikmat khas Manado yang wajib banget dibawa pulang

Berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantong (meski hanya replika)